Selasa, 03 Februari 2009

Terapi Musik untuk Bangkitkan Konsentrasi Anak Autis

Share

SALAH satu metode untuk menangani anak autis yakni memberikan pelajaran musik untuk menggugah konsentrasi mereka. Koordinator sekolah musik Gita Nada Persada Hani Yulia Adinda menyatakan, ada dua tahapan pembelajaran musik anak autis, yakni tahap dasar dan lanjutan.

Pada tahap dasar, anak autis cukup diberikan pengenalan nada saja, misalnya suara ketukan maupun bunyi-bunyian alat musik seperti drum. Setelah mengenal nada dasar, kemudian siswa masuk tahap lanjutan dengan diberikan musik yang lebih beralur seperti piano. Untuk sampai pada tahap lanjutan, tergantung keseriusan serta daya tangkap masing-masing anak autis. Agar usaha membangkitkan konsentrasi siswa lebih cepat, sekolah musik Gita Nada Persada juga mendatangkan psikolog untuk membantu pola berpikir anak autis. Untuk itu, tiap minggu ada pelayanan konsultasi psikologi yang dilakukan bagi siswa Gita Nada persada.

''Namun, akhir-akhir ini yang minta bantuan psikologi bukan si anak autis, melainkan guru musik yang mengajarnya setiap hari. Maklum, tingkah laku anak autis yang berlebihan membuat pikiran para guru tegang. Jadi, mereka membutuhkan bantuan psikolog," papar Adinda sambari tersenyum.

Selain itu, peranan orangtua juga menjadi faktor penentu keberhasilan anak autis menjalani hidup, baik dari pola kehidupan sehari-hari siswa maupun ritme belajar yang dilakukan kepada anak autis di rumah. "Jam tidur juga harus dijaga. Perhatian orangtua dituntut bisa mengendalikan pola hidup anaknya. Kalau tidak, konsentrasinya bisa bubar," tuturnya.

Dengan belajar musik, anak autis bisa menemukan konsentrasinya. Nada dan ketukan musik yang keluar dari piano dan drum mampu menembus arah pikirannya.

Seperti yang dilakukan Milka Rizki Bramasto (6), salah seorang siswa Gita Nada Persada. Dia begitu tenang saat jemarinya menari di atas tuts piano meski suaranya tidak beraturan. Maklum, Milka hanya bisa memainkan tiga tangga nada piano, yakni do, re, dan mi. Namun, dengan bermain musik, dia sedikit bisa mengatur konsentrasi yang ada di pikirannya. Ketukan nada yang keluar dari piano mampu menggugah daya ingat serta fokus seorang anak yang menderita autis. Sesekali, Milka bertingkah berlebihan dengan memukul badan piano. Reaksi yang berlebihan seperti itu sering dilakukan anak autis. Apa yang mereka inginkan juga harus segera terwujud. Pengajar musik Gita Nada Persada Trie Aprianto menuturkan, mengajarkan musik kepada siswa autis harus memiliki kesabaran tinggi.

Biasanya, para siswa sering bertingkah aneh. Pasalnya, antara tindakan serta pikirannya sering tidak bisa menyambung. "Kalau pertama kali mereka bermain musik, biasanya marah-marah tanpa sebab. Bahkan, ada yang sampai menangis histeris. Semua itu respons dari anak autis melawan kesadaran mereka," ujar Arie ketika ditemui dalam Pentas Musik Gita Persada di Hotel Santika, Surabaya. Untuk memahami musik, biasanya anak autis membutuhkan waktu dua tahun.

Sang anak juga bisa mengontrol dirinya sendiri. Untuk memberikan pelajaran, ada dua guru yang menangani seorang siswa. Satu guru bertugas mengajar cara bermain musik, sedangkan satu guru lainnya memegang tubuh anak autis. Kalau tidak dilakukan dua guru, bisa kerepotan. "Kalau tidak dua guru yang menangani, si anak autis bisa melompat-lompat dan main pukul. Jadi, mereka harus diarahkan dengan tindakan ekstra," pungkasnya. (Sindo Sore//mbs)